Pengertian Teori Hermeneutik
Akar kata Hermeneutika berasal dari
istilah Yunani dari kata kerja hermeneuein, yang berarti “ menafsirkan”,
dan kata benda hermeneia, yang berarti “interpretasi”. Penjelasan dua kata ini,
dan tiga bentuk dasar makna dalam pemakaian aslinya, membuka wawasan pada
karakter dasar interpretasi dalam teologi dan sastra, dan dalam konteks
sekarang ia menjadi keywords untuk memahami hermeneutika modern.
Dalam studi sastra, Hermeneutik
berarti tafsir sastra. Menurut Ricoeur (2006: 58-58), tempat pertama yang
didiami oleh Hermeneutika adalah bahasa dan lebih khusus lagi bahasa tulis.
Ricoeur mengemukakan bahwa hermeneutik berusaha memahami makna sastra yang ada
di balik struktur. Pemahaman tidak hanya pada simbol, melainkan memandang sastra
sebagai teks. Di dalam teks ada konteks yang bersifat polisemi. Maka, peneliti
harus menukik kearah teks dan konteks sehingga ditemukan makna utuh.
Menurut Suwardi Endraswara
(Metodologi Penelitian Sastra: 2012), Hermeneutik sebenarnya sebuah paradigma
yang berusaha menafsirkan teks antar dasar logika linguistik. Logika linguistik
akan membuat penjelasan teks sastra dan pemahaman makna dengan menggunakan
“makna kata” dan konsep semantik teks sastra dan makna bahasa lebih bersifat
kultural. Makna kata akan membantu pemahaman makna bahasa. Oleh karena itu,
dari kata-kata itu akan tercermin makna kultural teks sastra.
Menurut Richard E. Palmer, definisi
hermeneutika setidaknya dapat dibagi menjadi enam. Sejak awal, hermeneutika
telah sering didefinisikan sebagai ilmu tentang penafsiran (science of
interpretation). Akan tetapi, secara luas hermeneutika juga sering
didefinisikan sebagai berikut:
- Hermeneutika sebagai teori penafsiran Kitab Suci (theory of biblical exegesis)
- Hermeneutika sebagai metodologi filologi umum (general philological methodology)
- Hermeneutika sebagai ilmu tentang semua pemahaman bahasa (science of all linguistic understanding)
- Hermeneutika sebagai landasan metodologis dari ilmu-ilmu kemanusiaan (methodological foundation of Geisteswissenschaften)
- Hermeneutika sebagai pemahaman eksistensial dan fenomenologi eksistensi (phenomenology of existence dan of existential understanding)
- Hermeneutika sebagai sistem penafsiran (system of interpretation)
Keenam definisi tersebut bukan hanya
merupakan urutan fase sejarah, melainkan pendekatan yang sangat penting di
dalam problem penafsiran suatu teks. Masing-masing mewakili berbagai dimensi
yang sering disoroti dalam hermeneutika. Setiap definisi membawa nuansa yang
berbeda namun dapat dipertanggungjawabkan dari tindakan manusia menafsirkan,
terutama penafsiran teks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar