Jumat, 01 Maret 2019

Pengertian Teori Hermeneutik


Pengertian Teori Hermeneutik
Akar kata Hermeneutika berasal dari istilah Yunani dari kata kerja hermeneuein, yang berarti “ menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, yang berarti “interpretasi”. Penjelasan dua kata ini, dan tiga bentuk dasar makna dalam pemakaian aslinya, membuka wawasan pada karakter dasar interpretasi dalam teologi dan sastra, dan dalam konteks sekarang ia menjadi keywords untuk memahami hermeneutika modern.
Dalam studi sastra, Hermeneutik berarti tafsir sastra. Menurut Ricoeur (2006: 58-58), tempat pertama yang didiami oleh Hermeneutika adalah bahasa dan lebih khusus lagi bahasa tulis. Ricoeur mengemukakan bahwa hermeneutik berusaha memahami makna sastra yang ada di balik struktur. Pemahaman tidak hanya pada simbol, melainkan memandang sastra sebagai teks. Di dalam teks ada konteks yang bersifat polisemi. Maka, peneliti harus menukik kearah teks dan konteks sehingga ditemukan makna utuh.
Menurut Suwardi Endraswara (Metodologi Penelitian Sastra: 2012), Hermeneutik sebenarnya sebuah paradigma yang berusaha menafsirkan teks antar dasar logika linguistik. Logika linguistik akan membuat penjelasan teks sastra dan pemahaman makna dengan menggunakan “makna kata” dan konsep semantik teks sastra dan makna bahasa lebih bersifat kultural. Makna kata akan membantu pemahaman makna bahasa. Oleh karena itu, dari kata-kata itu akan tercermin makna kultural teks sastra.
Menurut Richard E. Palmer, definisi hermeneutika setidaknya dapat dibagi menjadi enam. Sejak awal, hermeneutika telah sering didefinisikan sebagai ilmu tentang penafsiran (science of interpretation). Akan tetapi, secara luas hermeneutika juga sering didefinisikan sebagai berikut:
  1. Hermeneutika sebagai teori penafsiran Kitab Suci (theory of biblical exegesis)
  2. Hermeneutika sebagai metodologi filologi umum (general philological methodology)
  3. Hermeneutika sebagai ilmu tentang semua pemahaman bahasa (science of all linguistic  understanding)
  4. Hermeneutika sebagai landasan metodologis dari ilmu-ilmu kemanusiaan (methodological foundation of Geisteswissenschaften)
  5. Hermeneutika sebagai pemahaman eksistensial dan fenomenologi eksistensi (phenomenology of existence dan of existential understanding)
  6. Hermeneutika sebagai sistem penafsiran (system of interpretation)

Keenam definisi tersebut bukan hanya merupakan urutan fase sejarah, melainkan pendekatan yang sangat penting di dalam problem penafsiran suatu teks. Masing-masing mewakili berbagai dimensi yang sering disoroti dalam hermeneutika. Setiap definisi membawa nuansa yang berbeda namun dapat dipertanggungjawabkan dari tindakan manusia menafsirkan, terutama penafsiran teks.